Renungan Harian Timbuh Mekar
Selasa, 23 Agustus 2022
Ratapan 5 : 21
Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN, maka kami akan kembali, baharuilah hari-hari kami seperti dahulu kala!
Di zaman era Millenial ini, semua berlomba menjadi pemenang di seluruh aspek, sehingga sering melupakan hal-hal fundamental dalam dirinya. Secara sosial, menjadi pemenang adalah kebanggan yang harus diraih, walaupun kebanggan itu ada yang disembunyikan sebagai kepuasan bathin. Mencapai puncak kesuksesan sering melupakan yang mendasar, sehingga sering jatuh pada saat di puncak, karena fundasinya rapuh. Pengakuan duniawai, cenderung menjadi tolok ukur dalam peningkatan status sosial manusia, yang mengakibatkan putusnya hubungan kekeluargaan, sosia masyarakat secara horizontal dan hubungan dengan Tuhan secara vertical. Padahal hubungan manusia dengan Allah memiliki makna yang lebih besar hubungan rohaninya daripada hubungan anak dengan orangtua. Allah adalah pencipta dan manusia adalah ciptaanNya. Sehebat apapun manusia dengan segala keunggulan, tidak akan hidup dengan baik tanpa berhubungan dengan Allah. Ketika kita meninggalkan Allah, kita tidak bahagia.
Saudara terkasih, Dalam sejarah, Rusia pernah menjadi Negara Kristen melalui Gereja Ortodoks Rusia, tetapi gereja dan kerajaaan mengalami kemerosotan. Mereka meninggalkan Allah dengan memeluk faham dan ideology Komunis yang mengkalim atheisme, yang menyerukan bahwa Allah tidak ada, hal ini berlangsung 60 tahun, namun akibatnya adalah kemiskinan dan kegersangan manusia. Sejak itu mereka mulai meninggalkan faham komunisme dan kembali kepada Allah dengan membangun kembali gereja-gereja yang menghilang. Kita yang sudah lama meninggalkan Allah, marilah datang kepadaNya, karena Tuhan Allah tetap menantikan pertobatan kita. Seperti halnya seorang anak laki-laki kedua yang cenderung berfoya akan harta warisan dan jatuh miskin. Setelah dia menyadari keadaan yang susah dan sulit, dia teringat ayahnya dan ingin kembali karena pertobatan sejati. Allah akan menyambut karena sudah menantikan kita, seperti Ayah yang penuh suka cita menyambut si anak yang hilang.
Hidup kita mungkin juga bagaikan reruntuhan. Masalah yang kita buat sendiri dan konflik yang tak terhindarkan mungkin telah membuat kita hancur berkeping-keping. Akan tetapi, kita mempunyai Allah Bapa yang memahami keadaan kita. Dengan lemah lembut dan sabar, Dia menyingkirkan puing-puing, merombaknya, dan membangun kembali sesuatu yang lebih baik. Semua itu memang memerlukan waktu, tetapi kita dapat selalu mempercayai-Nya. Allah sanggup memulihkan hidup kita. Allah Bapa menerima kita dan memperbaharui hidup seperti dahulu kala dan akan hidup senang dan bahagia jika dekat dengan Allah Bapa, karena di rumah Bapa, berlimpah makanan dan ada sukacita, kegembiraan dan kebahagiaan. Amin
Saudara terkasih, Tuhan Allah senantiasa menanti kedatangan kita. Amin
Bersama:
St. Hasudungan Butarbutar
Nyanyian KJ No. 26 1 Mampirlah, Dengar Doaku
Mampirlah, dengar doaku, Yesus Penebus, Orang lain kau hampiri, jangan jalan t’rus. Yesus, Tuhan, dengar doaku; Orang lain kau hampiri, jangan jalan t’rus