KETETAPAN DALAM PENGHARAPAN

Ketetapan dalam Pengharapan | Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Roma, menekankan pentingnya hidup dalam pengharapan yang kuat dan kokoh. Dalam Roma 15:4, ia menjelaskan bahwa segala sesuatu yang ditulis sebelumnya dalam Kitab Suci adalah untuk mengajar kita, sehingga melalui ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci, kita dapat memiliki pengharapan. Pengharapan yang dimaksud oleh Paulus bukanlah pengharapan yang semu atau sementara, melainkan pengharapan yang diberikan oleh Allah, yang bersumber dari firman-Nya.

Roma 15:4 (TB) “Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.”

Alkitab menjadi panduan utama bagi orang Kristen dalam menjalani kehidupan sehari-hari, terutama dalam menghadapi tantangan dan kesulitan. Melalui tulisan-tulisan dalam Alkitab, umat Kristen diajarkan untuk tetap teguh dan tidak mudah menyerah. Ketekunan menjadi kunci utama dalam mempertahankan pengharapan. Ketekunan di sini bukan sekadar bertahan, tetapi juga melibatkan usaha aktif untuk terus-menerus berpegang pada janji-janji Allah meskipun situasi tampak tidak mendukung.

Penghiburan yang berasal dari Kitab Suci memberikan kekuatan tambahan bagi umat Kristen untuk tetap teguh dalam iman. Penghiburan ini bukan hanya perasaan tenang atau damai, tetapi juga keyakinan bahwa Allah selalu menyertai dan memberikan kekuatan dalam setiap keadaan. Firman Tuhan mengandung banyak contoh dari tokoh-tokoh Alkitab yang menghadapi berbagai macam kesulitan dengan pengharapan yang tidak tergoyahkan. Kisah-kisah ini menjadi inspirasi dan dorongan bagi umat Kristen untuk terus berharap kepada Allah.

Dalam kehidupan yang penuh dengan tantangan, pengharapan kepada Allah berperan sebagai jangkar yang kuat. Rasul Paulus mengingatkan jemaat Roma bahwa pengharapan ini tidak boleh dibiarkan lepas. Pengharapan yang kuat membutuhkan ketekunan untuk tetap berpegang pada janji-janji Allah dan penghiburan yang terus menguatkan dari firman-Nya. Dengan demikian, umat Kristen dapat menjalani kehidupan dengan pengharapan yang teguh, meski di tengah berbagai tantangan yang dihadapi.

Yesus Kristus: Satu-Satunya Harapan Keselamatan

Yesus Kristus merupakan satu-satunya harapan bagi keselamatan manusia. Tidak ada sumber lain yang dapat membawa keselamatan sejati selain melalui-Nya. Dalam konteks Kitab Roma 15:4, pengharapan ini bukanlah sekadar angan-angan atau janji kosong, tetapi merupakan janji Allah yang telah digenapi melalui Yesus Kristus. Janji ini memberikan dasar yang kuat bagi pengharapan kita dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

Pengharapan yang sejati memancar dari iman. Tanpa iman, pengharapan hanyalah sekadar harapan kosong yang mudah sirna. Sebaliknya, iman tanpa pengharapan akan layu dan mati seiring berjalannya waktu. Yesus Kristus, melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, telah menyediakan jalan keselamatan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Pengorbanan ini menguatkan iman dan menumbuhkan pengharapan akan kehidupan yang kekal bersama Allah.

Dalam kehidupan sehari-hari, pengharapan dalam Yesus Kristus memberikan kekuatan dan ketenangan. Ketika menghadapi kesulitan dan penderitaan, pengharapan ini menjadi sumber penghiburan yang tak tergantikan. Kita dapat yakin bahwa janji-janji Allah adalah pasti dan tidak pernah gagal. Pengharapan dalam Yesus Kristus memberikan dorongan untuk tetap teguh dan bertekun dalam iman, meskipun situasi yang dihadapi tampak sulit.

Oleh karena itu, pengharapan dalam Yesus Kristus adalah fondasi yang kokoh bagi kehidupan setiap orang percaya. Melalui iman kepada-Nya, kita memperoleh jaminan keselamatan yang kekal dan pengharapan yang tidak pernah mengecewakan. Yesus Kristus adalah satu-satunya harapan keselamatan yang sejati, dan hanya melalui-Nya kita dapat menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang abadi.

Pengharapan memiliki sifat ‘ke-belum-an’ yaitu sesuatu yang masih akan terjadi di masa depan. Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Roma, menekankan pentingnya ketekunan dalam memegang pengharapan yang belum terlihat. Dalam Roma 8:24-28, Paulus menjelaskan bahwa pengharapan yang terlihat bukanlah pengharapan lagi, karena siapa yang mengharapkan apa yang sudah dilihat? Oleh karena itu, orang percaya harus menanti dengan tekun, kendati pengharapan itu belum terwujud.

Ketekunan dalam pengharapan bukanlah perkara yang mudah. Tantangan dan rintangan sering kali muncul, menguji iman dan kesabaran orang percaya. Namun, Paulus memberikan dorongan yang kuat bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi-Nya. Keyakinan ini menjadi dasar yang kokoh bagi orang percaya untuk tetap bertahan dan tidak mudah menyerah.

Pengharapan yang didasarkan pada janji-janji Allah memberikan kekuatan kepada orang percaya. Ketika menghadapi kesulitan, ketekunan dalam memegang pengharapan memungkinkan mereka untuk tetap bertahan hidup dan memegang teguh iman. Dalam proses menanti itu, orang percaya diajak untuk terus berdoa, merenungkan firman Tuhan, dan mempercayai bahwa rencana Allah selalu terbaik.

KETETAPAN DALAM PENGHARAPAN

Seiring waktu, ketekunan dalam pengharapan juga memupuk karakter dan kedewasaan rohani. Setiap ujian dan tantangan yang dihadapi dengan sabar dan penuh pengharapan membentuk pribadi yang lebih kuat dan lebih dekat dengan Tuhan. Dengan ketekunan, pengharapan tidak hanya menjadi harapan yang pasif, tetapi juga aktif dalam tindakan dan kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, ketekunan dalam memegang pengharapan adalah aspek penting dalam kehidupan orang percaya. Ini adalah sebuah perjalanan iman yang penuh dengan keyakinan bahwa Allah selalu hadir dan bekerja di tengah-tengah segala situasi, membawa kebaikan dan penggenapan janji-janji-Nya pada waktu yang tepat.

Pengharapan orang percaya tidak berasal dari dunia ini, melainkan dari Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena itu, penting bagi jemaat untuk saling menerima perbedaan dalam kasih dan pembenaran Tuhan Yesus Kristus. Hidup dalam kasih dan pembenaran akan menciptakan kedamaian dalam kebenaran. Dengan kebersamaan dan kedamaian di kalangan jemaat, dunia akan ikut memuliakan dan berpengharapan kepada Allah. Ini adalah panggilan bagi setiap orang percaya untuk hidup dalam pengharapan yang sejati dan memancarkan kasih Kristus kepada dunia.

Kasih Yesus Kristus adalah fondasi utama dalam kehidupan orang percaya. Ketika kita menerima kasih-Nya dan hidup dalam pembenaran-Nya, kita menciptakan lingkungan yang penuh kedamaian dan kebenaran. Kasih Yesus Kristus memampukan kita untuk saling menerima perbedaan dan menghargai satu sama lain sebagai bagian dari tubuh Kristus. Setiap individu dalam jemaat memiliki peran unik yang berkontribusi pada kesatuan dan kedamaian komunitas.

Pentingnya kasih dan pembenaran dalam Yesus Kristus tidak hanya terbatas pada hubungan internal jemaat, tetapi juga berdampak pada dunia luar. Ketika jemaat hidup dalam kasih dan kedamaian, mereka menjadi saksi hidup dari kasih Kristus kepada dunia. Dunia yang sering kali penuh dengan konflik dan ketidakadilan dapat melihat contoh nyata dari kedamaian dan kasih yang sejati melalui kehidupan orang percaya. Dengan demikian, jemaat menjadi alat untuk memuliakan Tuhan dan membawa pengharapan kepada mereka yang belum mengenal Kristus.

Oleh karena itu, setiap orang percaya dipanggil untuk hidup dalam kasih dan pembenaran, menciptakan kedamaian yang mencerminkan kebenaran Tuhan. Dengan menerima kasih Yesus Kristus dan membagikannya kepada orang lain, kita tidak hanya memperkuat jemaat tetapi juga membawa terang Kristus kepada dunia. Ini adalah panggilan yang mulia dan tanggung jawab setiap orang percaya untuk hidup sesuai dengan pengharapan yang diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus.

 

8 Juni 2024 |F.K.S|

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

.